Rapid Test atau PCR ?

Beberapa bulan belakangan ini, pasti sudah tidak asing lagi kan dengar yang namanya Covid-19. Ya, penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini memang sedang naik daun. Virus yang termasuk dalam kelompok Coronavirus ini sedang menjadi trending topic di seluruh dunia.

Yakin kamu sudah terhindar dari virus ini ? jangan-jangan virus ini ada dalam tubuhmu ? Ingin deteksi covid-19 tapi bingung harus pilih rapid tes atau PCR ? Apa sih beda keduanya? Nah, simak ulasan berikut, agar tidak gagal paham dan tidak salah memilih tes yang cocok untuk kamu.

 Rapid Test

Kamu pasti pernah mendengar pemeriksaan rapid test untuk Covid-19, kan ? Pemeriksaan yang termasuk tes serologi ini memang sangat praktis dan cepat untuk penyaringan awal atau skrining massal.  Metode pemeriksaan menggunakan sampel darah seseorang ini sangat tepat digunakan untuk mendata orang-orang yang membutuhkan pemeriksaan lanjutan. Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis Covid-19.

Mengapa begitu ? Rapid test yang ada saat ini di desain untuk mendeteksi keberadaan antibodi dalam tubuh yang dihasilkan ketika seseorang terinfeksi virus Corona. Antibodi ini berfungsi sebagai bala tentara untuk melawan “musuh” yang masuk kedalam tubuh manusia seperti virus dan bakteri.

Permasalahannya adalah pembentukan antibodi ini membutuhkan waktu yang lama sekitar 7-14 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, hasil NON REAKTIF pada rapid test tidak bisa serta merta dikatakan bahwa seseorang bebas dari virus SARS-CoV-2. Karena bisa jadi pada saat dilakukan rapid test, antibodi orang tersebut belum terbentuk (negatif palsu). Sehingga idealnya pemeriksaan rapid test harus diulang kembali dalam 7-10 hari kemudian.

Demikian pula sebaliknya, hasil REAKTIF pada rapid test tidak bisa menjadi penentu bahwa seseorang pasti menderita penyakit Covid-19. Hal ini dimungkinkan karena antibodi yang terdeteksi oleh alat rapid test ini bisa saja dibentuk oleh tubuh untuk melawan virus yang lain dari kelompok coronavirus selain SARS-CoV-2 (positif palsu).

Itulah sebabnya hasil dari rapid test ini harus dipastikan dengan pemeriksaan PCR. Tes PCR ini akan mengkonfirmasi hasil pemeriksaan rapid test. Sampai saat ini, tes PCR merupakan pemeriksaan diagnostik yang dianggap paling akurat untuk memastikan apakah seseorang menderita Covid-19 atau tidak.

PCR (Polymerase Chain Reaction)

PCR merupakan suatu metode pemeriksaan di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan material genetik suatu sel, virus ataupun bakteri. Untuk Covid-19 sendiri, metode ini berfungsi mendeteksi keberadaan material genetik virus SARS-CoV-2 yang merupakan jenis virus RNA (ribocucleic acid) atau berantai tunggal.

Pemeriksaan PCR ini tidak menggunakan sampel darah seperti pada rapid test. Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan PCR berupa dahak, lendir, atau cairan dari nasofaring (bagian dalam antara hidung dan tenggorokan) serta orofaring (bagian antara mulut dan tenggorokan). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode swab, yaitu melakukan usapan menggunakan alat semacam cotton bud pada daerah nasofaring dan orofaring.

Walaupun pemeriksaan PCR ini dinyatakan akurat untuk menegakkan diagnosis Covid-19, tetapi terdapat beberapa kelamahan jika dibandingkan dengan rapid test.

  1. Pemeriksaan PCR harus dilakukan di laboratorium. Berbeda dengan rapid test yang dapat dilakukan di mana saja sampai mendapatkan hasil, pemeriksaan PCR harus dilakukan di laboratorium menggunakan alat khusus. Pengambilan sampel menggunakan metode swab mungkin dilakukan dimana saja, tetapi pengolahan sampelnya harus dilakukan di laboratorium.
  2. Proses pemeriksaan yang lebih lama. Jika hasil dari rapid test dapat diketahui dalam 15 menit, maka PCR membutuhkan paling cepat 30 menit. Belum termasuk waktu untuk pengiriman sampel ke laboratorium.
  3. Harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih. mulai dari tahap pengambilan sampel melalui swab, pengiriman sampel sampai dengan pemeriksaan sampel di laboratorium harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih. Karena kesalahan dalam setiap tahap tersebut dapat menyebabkan sampel menjadi rusak sehingga mempengaruhi hasil akhirnya. Bahkan yang harus diwaspadai hasil pemeriksaan menjadi negatif palsu.
  4. Biaya realtif mahal. Rumitnya proses yang harus dilalui otomatis berpengaruh pada biaya yang harus dikeluarkan. Harga pemeriksaan PCR di Indonesia rata-rata sekitar 1,5 juta sampai 3 juta. Hal ini dirasa berat karena pelaksanaan PCR ini mungkin saja dilakukan tidak hanya satu kali, khususnya untuk mereka yang terkonfirmasi positif Covid-19. Berbeda dengan rapid test yang saat ini harganya berkisar 300 ribu sampai 700 ribu rupiah.

Jadi, mau pilih yang mana ? Rapid test atau PCR ? Ya, jawabannya tergantung dari tujuanmu. Jika sekedar ingin melakukan skrining terhadap penyakit Covid-19 ini, kamu dapat memilih rapid test yang lebih praktis dan berbiaya relatif murah. Sedangkan jika kamu ragu dan benar-benar ingin memastikan apakah terpapar virus SARS-CoV-2, maka PCR adalah pilihan yang tepat.

Apapun pilihanmu, yang terpenting adalah selalu jaga stamina dan kesehatanmu, biasakan perilaku hidup bersih dan sehat, serta terapkan protokol kesehatan Covid-19 sesuai dengan anjuran pemerintah. (SG)

“Saling Jaga Satu Sama Lain, Lawan Corona Bersama”

by : Klinik Pratama Poltekbang Surabaya